SELAMAT DATANG

DI PUSAT INFORMASI DAN KEGIATAN

ALUMNI PONPES SABILUL JANNAH

TIMBULUN

Cari Blog Ini

Minggu, 21 Agustus 2011

Makalah Psikologi Sosial : Kelompok

REVIEW VIII
PSIKOLOGI SOSIAL
Tentang
KELOMPOK





INDRI BELMAYUNI  209 055

Dosen Pembimbing :
Dra. Hj. Wanda Fitri. M.S.i



JURUSAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM( BKI-A )
FAKULTAS DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN )

IMAM BONJOL PADANG

1432 H / 2011 M






KELOMPOK
A.    Pengertian Kelompok
            kelompok sosial kelompok sosial adalah kumpulan individu yang saling memiliki hubungan dan saling berinteraksi sehingga mengakibatkan tumbuhnya rasa kebersamaan dan dan rasa memiliki.
Kelompok sosial atau sosial group dapat diartikan sebagai himpunan atau kesatuan manusia yang hidup bersama karena adanya hubungan antar mereka, di mana hubungan tersebut menyangkut hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi dan juga suatu kesadaran untuk saling menolong. Namun kelompok sosial itu dapat pula mirip dengan dengan situasi massa jika suatu perkumpulan yang berstruktur telah mempunyai anggota cukup banyak, misalnya suatu organisasi massa yang anggotanya satu persatu jarang mengadakan interaksi serba intensif dan yang kadang-kadang saja berkumpul dalam jumlah yang lengkap, sehingga interaksi antara anggotapun terbatas.
Pengertian kelompok sosial yang pertama adalah suatu sistem sosial yang terdiri dari sejumlah orang yang berinteraksi satu sama lain dan terlibat dalam satu kegiatan bersama. Tentunya perlu dipertajam lebih lanjut mengenai pengertian ini karena interaksi saja tidak cukup, karena dua orang saja sudah dapat membentuk kelompok. Pengertian interaksi di sini haruslah diartikan sebagai interaksi tatap muka, di mana mereka terlibat dalam ruang dan waktu. Dari sinilah muncul pengertian kedua, yaitu sejumlah orang yang mengadakan hubungan tatap muka secara berkala karena mempunyai tujuan dan sikap bersama; hubungan-hubungan yang diatur oleh norma-norma; tindakan-tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kedudukan (status) dan peranan (role) masing-masing dan antara orang-orang itu terdapat rasa ketergantungan satu sama lain. Para  ahli memandang kelompok dari sudut yang berbeda satu dengan yang lainnya. Pengertian kelompok dapat dipandang dari segi persepsi, motivasi, tujuan, interpendensi, disamping dari segi interaksi.
Pengertian kelompok dari segi persepsi anggota kelompok berdasarkan atas asumsi bahwa anggota kelompok sadar dan mempunyai persepsi bersama akan hubungan mereka dengan anggota yang lain. Misalnya definisi yang dikemukakan oleh Smith (lih, Shaw, 1979:4).
We may define a social group as a unit consisting af a plural number of separate organism (agents) who have a collective perception of their unity and who have the ability to actor are acting in a unitary manner toward their environment.
Pengertian yang berdasarkan atas motivasi misalnya dikemukaka oleh Bass (lih, Shaw, 1979:7) “ We define “group” as a collection of individuals whose existence as a collection is rewarding to the individuals”.
Disamping pengertian kelompok atas dasar tinjauan motivasi terdapat pula pengertian kelompok ditinjau dari sudut tujuan. Pengertian kelompok atas dasar tujuan adalah dekat dengan definisi atas pandangan motivasi. Misalnya pengertian yang dikemukakan oleh Mills (lih, Shaw, 1979:8) yang menyatakan bahwa : “Just wahat are these small groups we are referring to ? To put it simply, they are units composed of two or more persons who come into contact for a purpose and who consider the contact meaningsful”.
Disamping itu ada pengertian kelompok dilihat dari segi interdependensi, yaitu saling bergantung satu dengan yang lain. Misalnya yang dikemukakan oleh Fiedler (lih,Shaw, 1979:9 ) yang menyatakan bahwa ; “By this term (gruop) we generally mean a set of individuals, who share a common fate, that is, who are interdepent in the sense that an event which affects one member is likely to affect all”.
Apa bila dianalisis maka interdependensi ini tidak berbeda dengan pandangan atas dasar interaksi. Pandangan atas dasar interaksi dapat dikemukakan beberapa contoh sebagai berikut : “A Group is a number of people in interaction with one another, and it is this interaction process that distinguisnes the group from an aggregate (Bonner dalam Shaw, 1979:10).
Dengan melihat bervariasinya pengertian atau definisi mengenai kelompok seperti terpapar di depan, dan mengacu pada pendapat Hill (1990) adalah kurang mungkin untuk memberikan definisi atau pengertian yang pasti atau eksak yang dapat diterima oleh semua ahli, maka yang dimaksud dengan “kelompok adalah dua atau lebih individu-individu yang saling memperngaruhi satu dengan yang lain melalui interaksi.”
B. MACAM-MACAM KELOMPOK SOSIAL
1)      Berdasarkan pengertian tersebut kelompok sosial dapat dibagi menjadi beberapa, antara lain:
2)      Kelompok Primer  Merupakan kelompok yang didalamnya terjadi interaksi sosial yang anggotanya saling mengenal dekat dan berhubungan erat dalam kehidupan.
Sedangkan menurut Goerge Homan kelompok primer merupakan sejumlah orang yang terdiri dari beberapa orang yang acapkali berkomunikasi dengan lainnya sehingga setiap orang mampu berkomunikasi secara langsung (bertatap muka) tanpa melalui perantara.
Misalnya: keluarga, RT, kawan sepermainan, kelompok agama, dan lain-lain.
3)      Kelompok Sekunder, Jika interaksi sosial terjadi secara tidak langsung, berjauhan, dan sifatnya kurang kekeluargaan. Hubungan yang terjadi biasanya bersifat lebih objektiv.
Misalnya: partai politik, perhimpunan serikat kerja dan lain-lain.
4)      Kelompok Formal
          Pada kelompok ini ditandai dengan adanya peraturan atau Anggaran Dasar (AD), Anggaran Rumah Tangga (ART) yang ada. Anggotanya diangkat oleh organisasi.
Contoh dari kelompok ini adalah semua perkumpulan yang memiliki AD/ART.
5)      Kelompok Informal
                  Merupakan suatu kelompok yang tumbuh dari proses interaksi, daya tarik, dan kebutuhan-kebutuhan seseorang. Keanggotan kelompok biasanya tidak teratur dan keanggotaan ditentukan oleh daya tarik bersama dari individu dan kelompok Kelompok ini terjadi pembagian tugas yang jelas tapi bersifat informal dan hanya berdasarkan kekeluargaan dan simpati
Misalnya: kelompok arisan.
6)      Kelompok referensi
Merupakan kelompok sosial yang menjadi ukuran bagi seseorang (bukan anggota kelompok) untuk membentuk pribadi dan perilakunya. Seseorang itu telah menyetujui norma, sikap, dan tujuan dari kelompok tersebut.
7)      Kelompok membership
Merupakan kelompok di mana setiap orang secara fisik menjadi anggota kelompok tersebut.
Ukuran utama bagi keanggotaan seseorang dengan interaksinya dengan kelompok sosial yang bersangkutan.
             Ketujuh kelompok sosial di atas merupakan kelompok sosial yang teratur.
Adapun kelompok sosial yang tidak teratur adalah : kerumunan (crowd) dan publik dalam berbagai bentuk.
Berkaitan dengan macamnya, kelompok dapat dibedakan atas :
1.      Besar kecilnya kelompok atau ukuran kelompk; ada kelompok yang kecil dan ada kelompok yang besar. Menurut Shaw (1979), kelompok kecil adalah kelompok yang terdiri  atas 20 orang atau kurang, walaupun dalam banyak hal perhatian atau penelitian lebih dipusatkan pada kelompok yang beranggotakan lima orang atau kurang. Kelompok yang terdiri dari 20 orang termasuk kelompok besar.
2.      Tujuan; Orang –orang yang mempunyai tujuan sama akan membentuk suatu kelompok tersendiri, misalnya kelompok belajar dan kelompok koperasi.
3.      Value (nilai); Orang-orang yang mempunyai nilai sama akan membentuk suatu kelompok , misalnya kelompok keagamaan.
4.      Duration (waktu lamanya); Dalam hal ini, ada kelompok yang jangka waktunya pendek, misalnya kelompok belajar umumnya relative pendek. Apabila tujuannya telah tercapai, lalu bubar. Hal ini berbeda dengan kelompok keluarga yang relatife cukup lama, misalnya kelompok keluarga Pengarsan.
5.      Scope of activities; Misalnya, keluarga merupakan kelompok yang mengandung banyak aktivitas. Hal ini berbeda misalnya dengan kelompok belajar yang aktivitasnya sangat terbatas.
6.      Minat; Orang-orang yang mempunyai minat sama akan membentuk kelompok tersendiri, misalnya kelompok pemancing dan kelompok penunggang kuda.
7.      Daerah asal; Orang-orang yang berasal dari daerah sama akan membentuk kelompok. Misalnya kelompok mahasiswa IAIN.
8.      Formalitas
Ada kelompok yang formal dan ada kelompok yang informal.
Misalnya: Kelompok profesi pembimbing pada umumnya merupakan kelompok formal.  Kelompok orang-orang jalan pagi merupakan kelompok informal.
         Dengan demikian kita dapat menyimpulkan bahwa kelompok tersebut atas dasar kesamaan tertentu. Misalnya: Jenis kelamin, ras, prndidikan, umur, Agama dll.
Ada empat kelompok sosial yang dapat dibagi berdasarkan struktur masing-masing kelompok tersebut ;
a.      Kelompok Formal-Sekunder(A). Adalah Kelompok sosial yang umumnya bersifat sekunder, bersifat formal, memiliki aturan dan struktur yang tegas, serta dibentuk berdasarkan tujuan-tujuan yang jelas pula.
Kelompok sosial formal-sekunder memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
*      Adanya kesadaran anggota bahwa ia adalah bagian dari kelompok yang bersangkutan.
*      Setiap anggota memiliki hubungan timbal balik dengan anggota lainnya dan bersedia melakukan hubungan-hubungan fungsional diantara mereka.
*      Setiap anggota kelompok menyadari memilki factor-faktor kebersamaan diantara mereka, dimana kebersamaan ini mendorong kohesifitas kelompok itu sendiri. Faktor-faktor itu umpamanya; kepentingan bersama, nasib yang sam, tujuan yang sama, ideology yang sama, primordialisme, memiliki ancaman yang sama, termasuk juga memiliki harapan-harapan yang sama.
*      Kelompok sosial ini memiliki srukutur yang jelas dan tegas, termasuk juga prosedur suksesi dan kaderisasi.
*      Memilki aturan formal yang mengikat setiap anggota kelompok dalam struktur yang ada termasuk juga mengatur mekanisme struktur dan sebagainya.
*      Anggota dalam formal-sekunder memilki pola dan pedoman perilaku sebagaimana diatur oleh kelompok secara umum.
*      Kelompok sosial ini memiliki system kerja yang berpola, berstruktur, dan berproses dalam mencapai tujuan-tujuan kelompok.
*      Kelompok sosial formal-sekunder memiliki kekuatan mempertahankan diri, mengubah diri (adaptasi), rehabilitasi diri, serta kemampuan menyerang kelompok lain.
Kelompok sosial formal-sekunder memiliki masa (umur) hidup yang dikendalikan oleh factor-faktor internal dan eksternal.
b.      Kelompok Formal-Primer(B), Adalah kelompok sosial yang umumnya bersifat namun keberadaanya bersifat primer. Contoh dari kelompok formal-primer adalah keluarga inti, kelompok kekerabatan, dan kelompok-kelompok primordial.
c.       Kelompok Informal-Sekunder(C). Adalah kelompok sosial yang umumnya informal namun keberadaanya bersifat sekunder. Kelompok ini bersifat tidak mengikat, tidak memiliki aturan dan struktur yang tegas serta dibentuk berdasarkan sesaat dan tidak mengikat bahkan bisa berbentuk walaupuan memiliki tujuan-tujuan kurang jelas. Contoh kelompok ini adalah klik, kelompok persahabatan, kelompok anak muda (Geng), kelompok percintaan (pacaran), dan semacamnya.
d.      Kelomok informal-Primer(D). Adalah kelompok sosial yang terjadi akibat melebuhnya sifat-sifat kelompok sosial formal-primer atau disebabkan karena pembentukan sifat-sifat di luar kelompok forma-primer yang tidak dapat  di tamping oleh kelompok formal-sekunder terutama menonjol di hubungan-hubungan mereka sangat pribadi dan mendalam.

          Menurut Robert Bierstedt, kelompok memiliki banyak jenis dan dibedakan berdasarkan ada tidaknya organisasi, hubungan sosial antara kelompok, dan kesadaran jenis. Bierstedt kemudian membagi kelompok menjadi empat macam:
  • Kelompok statistik, yaitu kelompok yang bukan organisasi, tidak memiliki hubungan sosial dan kesadaran jenis di antaranya. Contoh: Kelompok penduduk usia 10-15 tahun di sebuah kecamatan.
  • Kelompok kemasyarakatan, yaitu kelompk yang memiliki persamaan tetapi tidak mempunyai organisasi dan hubungan sosial di antara anggotanya.
  • Kelompok sosial, yaitu kelompok yang anggotanya memiliki kesadaran jenis dan berhubungan satu dengan yang lainnya, tetapi tidak terukat dalam ikatan organisasi. Contoh: Kelompok pertemuan, kerabat.
  • Kelompok asosiasi, yaitu kelompok yang anggotanya mempunyai kesadaran jenis dan ada persamaan kepentingan pribadi maupun kepentingan bersama. Dalam asosiasi, para anggotanya melakukan hubungan sosial, kontak dan komunikasi, serta memiliki ikatan organisasi formal. Contoh: Negarasekolah
C.    Syarat-syarat terbentuknya kelompok sosial
1)           Setiap anggota kelompok harus sadar bahwa dia merupakan bagian dari kelompok
2)              Adanya hubungan timbal balik antara  anggota yang satu dengan yang lain
3)               Suatu faktor yang dimiliki bersama, sehingga hubungan antara mereka bertambah erat, faktor tersebut berupa; kesamaan nasib,kepentingan tujuan, ideologi dan politik
4)           Memiliki struktur, kaidah, dan mempunyai pola prilaku
5)              Memiliki sistem melalui proses
Menurut Robert K Merton Syarat-syarat kelompok sosial antara lai adalah:
a.       Menurut Robert K Merton
b.      Memiliki pola interaksi
c.       Pihak yang berinteraksi mendefinisikan dirinya sebagai anggota kelompok
d.      Pihak yang berinteraksi di definisikan orang laoin sebagi anggota kelompok
e.       Menurut Soerjono Soekarto
f.       Adanya kesadaran sebagi anggota kelompok yang bersangkutan
g.      Adanya hubungan timbale bali antara anggota dengan anggota yang lainnya dalam kelompok tersebut
h.      Adanya factor pengikat yang dimiliki bersama misalnya kepebtibgan yang sama, tujuan yang sama, ideology politik yang sama , dll.
i.        Memiliki struktur, kaidah, dan pola prilaku yang sama
j.        Bersistem dan berproses.
D.    DASAR-DASAR PERILAKU KELOMPOK
Ø  Kelompokdidefinisikan sebagai dua individu atau lebih, yang berinteraksi dan saling bergantung, yang bergabung untuk mencapai tujuan tertentu.
Ø  Kelompok formal adalah kelompok yang ditetapkan berdasarkan struktur organisasi, dengan penugasan kerja yang sudah ditentukan.
Ø  Kelompok informal adalah persekutuan yang tidak terstruktur secara formal dan tidak ditetapkan sebagai organisasi.
Ø  Kelompok komando adalah seorang manajer dan semua bawahannya.
Ø  Kelompok tugas adalah orang-orang yang secara bersama menyelesaikan tugas.
Ø  Kelompok kepentingan adalah orang-orang yang bekerja untuk mencapai tujuan khusus dan yang menjadi perhatian masing-masing orang.
Ø  Kelompok persahabatan adalah ditetapkan secara bersama-sama karena memiliki satu atau lebih karakteristik yang sama
E.     STRUKTUR KELOMPOK
             Kelompok kerja bukanlah gerombolan yang tidak terorganisasi. Mereka mempunyai struktur yang membentuk perilaku anggotanya dan memungkinkan untuk menjelaskan dan meramalkan sebagian besar perilaku individu di dalam kelompok maupun kinerja kelompok itu sendiri.
    1.    Kepemimpinan Formal Orang ini umumnya mempunyai jabatan seperti misalnya manajer unit, manajer bagian, penyelia, mandor, pimpinan proyek, kepala satuan tugas, ataupun ketua komite. Pemimpin ini dapat memainkan peranan penting dalam keberhasilan kelompok.
2. Peran adalah seperangkat pola perilaku yang diharapkan dari seseorang yang menduduki posisi tertentu dalam unit sosial tertentu. Pemahaman perilaku peran secara dramatis akan disederhanakan jika masing-masing dari kita memilih satu peran dan memainkannya secara teratur dan konsisten.
Identitas peran. Ada sikap dan perilaku aktual tertentu yang konsisten dengan peran dan menciptakan identitas peran. Orang mempunyai kemampuan untuk dengan cepat beralih peran bila mereka menyadari bahwa situasi dan tuntutannya jelas-jelas membutuhkan perubahan besar.
Persepsi Peran. Pandangan seseorang mengenai bagaimana seseorang seharusnya bertindak dalam situasi tertentu disebut persepsi peran. Berdasarkan penafsiran atas bagaimana kita meyakini bagaimana seharusnya perilaku kita, kita terlibat ke dalam tipe-tipe perilaku tertentu.
Pengharapan Peran. Pengharapan peran didefinisikan sebagai bagaimana orang lain meyakini apa seharusnya tindakan anda dalam situasi tertentu. Bagaimana anda berprilaku, sebagian besar ditentukan oleh peran yang didefinisikan dalam konteks tindakan anda.
Konflik Peran. Bila individu dihadapkan pada pengharapan peran yang berlainan, akibatnya adalah konflik peran. Konflik ini muncul bila individu menemukan bahwa patuh pada tuntutan satu peran menyebabkan dirinya kesulitan mematuhi tuntutan peran lain. Dalam keadaaan ekstrem, itu akan mencakup situasi di mana dua atau lebih pengharapan peran saling berlawanan.
3. Norma, Semua kelompok telah menegakkan norma, yaitu standar perilaku yang dapat diterima yang digunakan bersama oleh anggota kelompok. Norma ini memberitahu para anggota apa yang seharusnya dan tidak seharusnya dilakukan pada situasi dan kondisi tertentu. Dari titik pandang individu, norma itu mengatakan apa yang diharapkan dari anda dalam situasi tertentu. Bila disepakati dan diterima oleh kelompok, norma bertindak sebagai alat untuk mempengaruhi perilaku anggota kelompok dengan pengawasan eksternal yang minimal. Norma berbada di antara kelompok-kelompok, komunitas dan masyarakat, tetapi semuanya mempunyai norma.
4. Status, Yaitu posisi atau peringkat yang ditentukan secara sosial yang diberikan ke kelompok atau anggota kelompok oleh orang lain.
Status dan Norma. Telah ditunjukkan bahwa status mempunyai beberapa pengaruh yang menarik terhadap kekuatan norma dan tekanan untuk penyesuaian. Orang-orang berstatus-tinggi juga lebih mampu bertahan terhadap tekanan konformitas dari rekan sekerja mereka dibandingkan dengan status lebih-rendah. Individu yang dinilai tinggi oleh kelompok kerja tetapi tidak banyak memerlukan atau mempedulikan imbalan sosial yang diberikan oleh kelompok secara khusus akan mampu memperhatikan secara minimal norma-norma konformitas.
Kesetaraan Status. Penting bagi anggota kelompok untuk meyakini bahwa hierarki status itu setara. Jika dipersepsikan adanya kesetaraan, terciptalah ketidakseimbangan yang terjadi dalam berbagai jenis perilaku korektif.
Status dan Budaya. Pentingnya status bervariasi di antara berbagai budaya. Prancis misalnya, sangat sadar status. Selain itu, negara-negara berlainan mengenai kriteria yang menciptakan status. Pesannya di sini adalah untuk memastikan bahwa anda memahami siapa dan apa yang menentukan status bila berinteraksi dengan orang dari budaya yang berbeda dari budaya anda.
5.          Ukuran.
            Apakah ukuran kelompok mempengaruhi perilaku keseluruhan kelompok itu? Jawaban atas pertanyaan itu adalah “Ya” definitif, tetapi efeknya bergantung pada variabel bergantung mana yang anda perhatikan.
             Bukti-bukti misalnya menunjukkan, misalnya, bahwa kelompok kecil lebih cepat menyelesaikan tugas daripada kelompok besar. Tetapi jika kelompok itu bekerja dalam pemecahan masalah,  kelompok besar secara konsisten mendapat nilai yang lebih baik daripada kelompok yang kecil.
  6.  Komposisi.
                Kebanyakan kegiatan kelompok menuntut aneka ragam keterampilan dan pengetahuan. Dengan adanya tuntutan ini, bisa disimpulkan bahwa kelompok heterogen-kelompok yang terbentuk dari individu-individu yang tidak mirip-akan lebih besar kemungkinannya untuk mempunyai kemampuan dari informasi yang beraneka dan seharusnya lebih efektif.
  7. Kepaduan
                    Kelompok –kelompok itu berbeda menurut kepaduan [cohesiveness] mereka, yakni sejauh mana para anggota tertarik satu sama lain dan termotivasi untuk tetap di dalam kelompok. Studu-studi secara konsisten memperlihatkan bahwa hubungan kepaduan dan produktivitas tergantung pada norma-norma yang berkaitan dengan kinerja yang dibangun oleh kelompok.
F.     Tipe-tipe kelompok social di klasifikasikan dari berbagai sudut
    1. Besar kecilnya jumlah anggota
    2. Derajat interaksi social
    3. Kepentingn dan wilayah
    4. Berlangsungnya suatu kepentingan
    5. Derajat organisasi
    6. Kesadaran akan jenis, hubungan social dan tujuan yang sama
    7. In group : kelompok social dimana individunya mengidentivikasikan dirinya
    8. Out group : kelompok social yang oleh individunya diartikan sebagai lawan in group
    9. Kelompok primer (primary group) atau face to face group adalah kelompok social yang paling sederhana, anggotanya salinh mnegenal dan ada kerjasama yang erat.
    10. Kelompok sekunder (secondary group) adalah kelompok yang terdiri dari banyak orang.
    11. Paguyuban (gemein schaft) : bentuk kehidupan bersama yang anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni bersifat alamiah dan kekal, dasar hubungan rasa cinta dan ras persatuan.
    12. Patembayan (gesell schaft) ikatan lahir yangt bersifat pokok dan biasanya untuk jangka waktu pendek.
    13. Formal group : kelompok yang punya aturan tegas dan sengaja diciptakan oleh anggota untuk mengatur hubungan antar sesama .
    14. Informal Group : tidak mempunyai struktur dan organisasi
    15. Dalam  hubungan antar kelompok juga terdapat berbagai macam dimensi, diantaranya adalah dimensi demografi, dimensi sikap, dimensi institusi, dimensi garakan social dan dimensi tipe utama hubungan antar kelompok.
    16. Banton mengumukakan bahwa terdapat berbagai kemungkinan pola hubungan antarkelompok ras. Diantaranya adalah alkulturasi , dominasi, paternalisasi, dan intergras.
G.    Teori Terbentuknya Kelompok
Ada beberapa teori yang dapat dikemukakan berkaitan dengan pembentukan kelompok yaitu :
a.       Teori Kedekatan (Propiquity)
Teori yang sangat dasar tentang terbentuknya kelompok ini adalah menjelaskan adanya afiliasi di antara orang-orang tertentu.
b.      Teori Interaksi (Geome Homans)
Teori pembentukan kelompok yang lebih komprehensif adalah suatu teori yang berasal dari George Homans. Teorinya berdasarkan pada aktivitas-aktivitas, interaksi-interaksi dan sentiment-sentimen (perasaan atau emosi).
c.       Teori Keseimbangan (Theodore Newcomb)
Salah satu teori yang agak menyeluruah. (comprehensive) penjelasannya tentang pembentukan kelompok ialah teori keseimbangan (a balance theory of group formation ) yang dikembangkan oleh Theodore Newcomb. Teori ini menyatakan bahwa seseorang tertarik pada yang lai adalah didasarkan atas kesamaan sikap di dalam menanggapi suatu tujuan.
d.      Teori Pertukaran
Teori lain yang sekarang ini mendapat perhatian betapa pentinganya di dalam memahami terbentuknay kelaompok ialah teori pertukaran (exchange theoty). Teori ini ada kesamaan fungsinya dengan teori motivasi dalam bekerja. Teori Propinquity, interaksi, keseimbangan, semuanya memainkan peranan di dalam teori pertukaran ini.
    Organisasi bukan sekadar kumpulan orang dalam kelompok atau jamaah tertentu. Tetapi
organisasi mempunyai dua atribut inti yakni sekumpulan orang dan sistem. Sistem adalah
kesatuan nilai integral yang dianut dan dipatuhi untuk dijalani bersama agar mencapai
tujuan bersama (bukan sekadar tujuan yang sama).
a. Tahap-tahap Pembentukan Kelompok
       Model pembentukan suatu kelompok pertama kali diajukan oleh Bruce Tackman pada
1965. Teori ini dikenal s ebagai salah satu teori pembentukan kelompok yang terbaik dan
menghasilkan banyak ide-ide lain setelah konsep ini dicetuskan. Teori ini memfokuskan
pada cara suatu kelompok menghadapi suatu tugas mulai dari awal pembentukan
adjourning dan transforming untuk melengkapi teori ini.
1)   Tahap 1 ± Forming
        Pada tahap ini, kelompok baru saja dibentuk dan diberikan tugas. Anggota kelompok
cenderung untuk bekerja sendiri dan walaupun memiliki itikad baik namun mereka belum
saling mengenal dan belum bisa saling percaya. Waktu banyak dihabiskan untuk
merencanakan, mengumpulkan infomasi dan mendekatkan diri satu sama lain.
2)   Tahap 2 ± Storming
   Pada tahap ini kelompok mulai mengembangkan ide-ide berhubungan dengan tugas yang
mereka hadapi. Mereka membahas isu-isu semacam masalah apa yang harus merka
selesaikan, bagaimana fungsi mereka masing-masing dan model kepemimpinan seperti
apa yang dapat mereka terima. Anggota kelompok saling terbuka dan
mengkonfrontasikan ide-ide dan perspektif mereka masing-masing. Pada beberapa
kasus, tahap storming cepat selesai. Namun ada pula beberapa kelompok yang mandek
pada tahap ini. Tahap storming sangatlah penting untuk perkembangan suatu kelompok.
Tahap ini bias saja menyakitkan bagi anggota kelompok yang menghindari konflik.
Anggota kelompok harus memiliki toleransi terhadap perbedaa n yang ada.

3)   Tahap 3 ± Norming
Terdapat kesepakatan dan konsensus antara anggota kelompok. Peranan dan tanggung
jawab telah jelas. Kelompok mulai menemukan haromoni seiring dengan kesepakatan
yang mereka buat mengenai aturan -aturan dan nilai-nilai yang digunakan. Pada tahap ini,
anggota kelompok mulai dapat mempercayai satu sama lain seiring dengan mereka
melihat kontribusi penting masing-masing anggota untuk kelmpok.
4)   Tahap 4 ± Performing
Kelompok pada tahap ini dapat berfungsi dalam menyelesaikan pekerjaan dengan lancar
dan efektif tanpa ada konflik yang tidak perlu dan supervisi eksternal. Anggota kelompok
saling tergantung satu sama lainnya dan mereka saling respek dalam berkomunikasi.
Supervisor dari kelompok ini bersifat partisipatif. Keputusan penting justru banyak diambil oleh kelompok.
5)   Tahap 5 ± Adjourning dan Transforming
  Ini adalah tahap yang terakhir dimana proyek berakhir dan kelompok membubarkan diri.
Kelompok bisa saja kembali pada tahap manapun ketika mereka mengalami perubahan
(transforming). Misalnya jika ada review mengenai goal ataupun ada perubahan anggota
kelompok. Keunggulan dari teori ini adalah menjadi suatu pedoman dalam pembentukan
suatu kelompok.



                                                      DAFTAR PUSTAKA
Walqito Bimo, Psikologi Sosial, 2003 Yogyakarta.  CV Andi Offset
Walgito, Bimo, Psikologi Kelompok, 2008, Yogyakarta, CV. Andi Offset
Arishanti, Kiara Inata. 2005. Handout Psikologi Kelompok. Universitas Gunadarma : Depok
Burhan, Bungin. Sosiologi Komunikasi, 2006, Jakarta: Kencana Persada Media Group
Robert A. Baron, Psikologi Sosial, 2005. Jakarta: Erlangga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar